STRATEGI PENGENTASAN DEMORALISASI
PADA GENERASI MUDA INDONESIA
Winda Julia Nesath
Era modern dewasa ini ditandai
dengan berbagai pergeseran penerapan norma dan nilai-nilai yang merombak moral
generasi muda Indonesia. Keadaan ini
memberikan pengaruh bersama dan akibat bersama dalam masyarakat secara
mengagetkan, inilah yang kemudian menimbulkan
perubahan kualitas masyarakat.
Perubahan tersebut sampai mengarah kepada perubahan mentalitas. Khususnya di
kalangan generasi muda yang secara sadar telah terlihat adanya kemerosotan
nilai dan kecendrungan-kecendrungan pada aspek dan budaya tertentu. Sangat
disayangkan, era modern hanya ditandai dengan gaya hidup yang serba hedonisme
dan budaya glamour yang dianggapnya
paling baik. Perubahan kondisi yang
seperti ini juga berimbas terhadap turunnya mental dan potensi generasi muda.
Gejalanya dapat dilihat dari pesimisme generasi muda baik dalam mengeluarkan
ide ataupun dalam menyikapi perubahan sosial.
Sesuatu yang berkualitas sangat
disayangkan apabila kualitasnya turun, mendalami proses degradasi moral dewasa
ini, seringkali kita disuguhkan dengan berbagai penyimpangan norma-norma sosial
yang sebenarnya telah disosialisasikan sejak dini. Demoralisasi pada remaja
bukan hanya mengakibatkan konsekuensi parsial, namun semua bagian dari sasaran
penegak norma juga mendapat cipratan negatifnya. Pemuda sebagai gambaran bangsa
sangat memiliki arti penting bagi perkembangan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, citra positif bagi generasi remaja Indonesia perlu dibentuk sedini
mungkin dengan pondasi kepribadian yang bermoral.
Pengaruh
Terjadinya Demoralisasi
Bukankah sudah tidak diragukan lagi bahwa masa muda adalah
puncak energik, vitalitas dan semangat dalam jenjang usia manusia?. Mereka
ibarat pedang yang tajam; jadi potensi atau jadi masalah. Pemuda bisa menjadi
potensi yang sangat menjanjikan bila dibimbing dan diarahkan secara baik oleh
keluarga, sekolah ataupun masyarakatnya. Sebaliknya bisa menjadi masalah besar
sekaligus sebagai senjata pembunuh bagi kedamaian, kesejahteraan dan
ketentraman masyarakat. Jika tidak dibimbing dan diarahkan secara baik.
Perkembangan kondisi remaja yang
tidak mengarah kepada visi remaja yang progresif telah disayangkan oleh
berbagai pihak, mulai dari orang tua mereka sendiri hingga pemerintah. Mereka
merasa tidak puas dengan bimbingan dan peraturan norma yang telah dicanangkan.
Inilah sebabnya masalah kepribadian menjadi begitu signifikan terhadap
perkembangan bangsa. Meski masyarakat mengetahui pasti bahwa pola selektif
pribadi masing-masing individu yang berbeda sangat sulit untuk diolah menjadi
lebih baik.
Demoralisasi
tersebut terjadi karena pendidikan agama, budi pekerti dan etika tata lakunya
terabaikan. Terdapat pula pengaruh lain seperti sosialisasi tidak sempurna, dan
subbudaya menyimpang. Pengaruh tersebut akan tetap mengakar dalam diri generasi
muda apabila tetap tidak segera dievaluasi dan dipoles.
Virus
Globalisasi dalam Perkembangan Moral Generasi Muda
Perkembangan globalisasi yang tidak seimbang
ternyata menjadi faktor penting terjadinya demoralisasi. Hal tersebut dapat
terjadi karena remaja merupakan usia yang paling mudah terpengaruh terhadap
kondisi lingkungan sekitarnya, mereka sangat sensitif terhadap hal-hal baru
yang dianggapnya akan membuat diri mereka terlihat lebih menarik. Mereka merasa
sudah bukan anak-anak lagi sehingga mereka lebih condong untuk mengikuti emosi
mereka. Virus globalisasi semakin menggerogoti moral dan nilai-nilai kesopanan
bangsa Indonesia. Yang lebih parah adalah dalam prosesnya, pelaku tersebut
moyoritas tidak menyadari tindakan tersebut sebagai tindakan negatif.
Keadaan lingkungan sekitar yang
buruk sangat mempengaruhi seseorang untuk bertindak sesuai dengan perkembangan
kondisi lingkungannya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa teman menjadi
tempat yang sangat tepat untuk menggantungkan diri, karena tidak dipungkiri
bahwa seorang teman lebih dipercaya daripada orang tua. Sehingga dalam hal ini,
peran teman sangat mempengaruhi masalah moralitas individu tersebut. Arus
globalisasi yang menggerogoti bangsa Indonesia seharusnya bisa disikapi dengan
tindakan preventif dengan adanya sikap selektif terhadap derasnya globalisasi.
Globalisasi
sebenarnya tidak harus dianggap sebagai eksistensi yang negatif, karena keberadaan
globalisasi itu sendiri tidak jarang memberikan kemajuan pada suatu masyarakat,
mereka bisa lebih modern dengan penampilan yang selalu up to date seiring dengan pekembangan inovasi, kreasi, dan
informasi yang mudah dijangkau.
Solusi
Demoralisasi pada Generasi Muda
Pemuda memang salah satu bagian dari
instrumen masyarakat yang memiliki keistimewaan, potensi, keunikan dan
romantika yang membuatnya harus diberikan perhatian khusus. Begitu istimewa dan
pentingnya peran pemuda pada perkembangan bangsa. Strategi mengatasi
demoralisasi pada generasi muda di Indonesia harus benar-benar digalakkan.
Langkah utama untuk meminimalisir demoralisasi tersebut tentunya berawal dari
kemauan kuat dan kesadaran masing-masing dari kita untuk benar-benar menegakkan
norma. Terdapat pula pendidikan formal, pendidikan tersebut mengutamakan
bimbingan pembinaan dan perilaku konstruktif yang diiringi dengan pendidikan
berkarakter ini untuk melatih integritas mental dan moral remaja menuju
terbentuknya kekebalan dan ketahanan pribadi maupun sosial untuk menghadapi
benturan nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan remaja itu sendiri.
Lingkungan keluarga memberi andil
yang sangat signifikan dan dominan dalam mendidik dan mengawasi perkembangan
perilaku remaja. Maka dari itu sosialisasi moral dan etika sejak dini oleh
keluarga sebaiknya lebih diprioritaskan dalam proses penyampaiannya. Sehingga
tidak ada lagi istilah sosialisasi tidak sempurna.
Lingkungan pergaulan juga perlu
diperhatikan, karena di sinilah faktor selektif remaja digalakkan. Oleh
karenanya, lingkungan yang kondusif akan menciptakan nilai pergaulan positif.
Dalam tindakan akhir pengentasan demoralisasi juga sangat dibutuhkan adanya
penegakkan hukum yang harus ditegaskan agar dapat menjadi shock therapy bagi remaja
tersebut.
Setiap kasus dan permasalahan yang
terjadi selayaknya kita jadikan pelajaran berharga dalam menghadapi
perkembangan perilaku manusia dan lingkungannya, kita seyogyanya memahami
berbagai dampak yang akan ditimbulkan, jangan sampai kasus serupa yang menimpa
orang lain akan terjadi di lain waktu pada kita. Sudah saatnya bagi generasi
muda untuk bangkit dan introspeksi diri, mengingat sepenggal kalimat dari Bung
Karno “100 orang hanya bermimpi, tetapi berikanlah aku sepuluh pemuda maka akan
kuguncang dunia”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan Formulir Komentar